Rabu, 05 Januari 2011

ISME- ISME Dalam Etika A sampai Z

IDENTIFIKASI BUKU

Judul Buku : Isme- Isme dalam Etika dari A sampai Z

Pengarang : A Mangunhardjana

Penerbit : Kanisius

Tahun terbit : 1997

Jumlah Hlm : 244


  • Aksiologisme

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai, disebut juga Etika Aksiologis.

Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:

  • Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
  • Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
  • Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
  • Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan professional? (filsafat etika).
  • Altruisme

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.

Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme. Berbagai penelitian terhadap altruisme tercetus terutama saat pembunuhan Kitty Genovese tahun 1964,[1] yang ditikam selama setengah jam, dengan beberapa saksi pasif yang menahan diri tidak menolongnya.

Istilah "altruisme" juga dapat merujuk pada suatu doktrin etis yang mengklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban untuk dimanfaatkan bagi orang lain.

  • Anarkisme

Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Prancis), yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas - secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya". Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.

Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal:

  • Anomianisme

Manusia disamping menjual kebolehan, manusia sebenarnya membutuhkan tata tertib, peraturan, hukum dalam kehidupan bersama maupun berbisnis. Tetapi hukum tidak hadir.oleh Emile Durkheim situasi ini disebut sebagai anomia (a berarti tidak. Nomos berarti hukum) manusia yang bermasyarakat tanpa aturan, menganut paham anomianisme.

Anomianisme adalah paham atau sikap yang tidak mengindahkan aturan, karen adipengaruhi oleh kumpulan pribadi yang tidak memiliki prinsip, pegangan dan arah hidup.

  • Autentisisme

Autentisisme : Sikap Autentik Adalah Asli, Sejati, Benar. Karena Autentensisme memiliki akar kata authentikos yang berarti asli, tidak palsu, sejati, tidak campuran, benar, dapat dipercaya.

Asrti sikap autentik, autentisme, memang jelas ditampakkan oleh perilaku bayi, akan tetapi, autentisme sejati bukan sekedar menyatakan hal apa adanya, orang autentik tidak berlidung dibawah status, jabatan, keturunan, tetapi tampil dari keadaan dan kekuatan sendiri. Oleh karena mereka hidup menurut prinsip etis. Dan untuk menjadi autentik dan penganut autentisme sejati orang perlu memahami pandangan hidup yang mlatarbelakangi gerakan “ menajdi autetik” itu.

  • Autisme.

Autisme adalah keadaan atau pendirian hidup yang terlalu menekankan dan berpegang pada keunikan dan kekuasaan diri. Autism berasala dari kata Yunani autos yang berarti” diri sendiri” oleh diri sendiri. Autisme juga dapat merupakan keadaan atau pendirian/ sikap hidup diman orang terserap oleh gagasan, pemikiran, pendirian, kehendak, dan gaya hidup sendiri.

  • Behaviorisme

Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme -termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan— dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwafisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).

  • Desisionisme

Desisionisme (Dezisionismus) adalah pandangan dalam filsafat hukum bahwa setiap hukum berdasarkan pada keputusan-keputusan, yakni keputusan-keputusan yang pada analisis terakhir tidak dapat dikategorikan ke dalam norma-norma hukum kodrat maupun norma-norma hukum positif. Dengan kata lain, keputusan itu “tanpa dasar”, “tanpa metadiskursus”, “tanpa makna asali” dst. Keputusan itu sendirilah “dasar terakhir” dari setiap hukum positif. Keputusan selalu merupakan sebuah “lompatan” (Sprung) yang pada akhirnya tak lain daripada sesuatu yang arbiter(Willkuer). Alasan desisionisme: selalu ada kesenjangan antara norma-norma umum (misalnya hukum kodrat) dan kenyataan konkret, sehingga tanpa keputusan hakim hukum tetap tidak efektif.

  • Deskriptivisme

Deskriptivesme merupakan bentuk konvesionalisme yang berlebihan. Yang merupakan antonym dari preskriptivisme yang adalah pandangan etis yang berpendirian bahwa arti kata etis ditentukan oleh sifat-sifatnya, dan berdasarkan sifat-sifat itu arti kata etis ditetapkan penerapannya.

  • Determinisme

Determinisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi karena suatu kausa atau berbagai kausa, dan semuanya itu tidak mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, kecuali jika terjadi perbedaan di dalam kausa-kausanya.

Determinisme bermakna bahwa manusia terpaksa dan tidak memiliki kebebasan dalam seluruh aktifitas dan perbuatannya. Para teolog Asy’ariah (penganut paham Determinisme), sekaitan dengan aktifitas dan perbuatan manusia, berpandangan bahwa manusia terpaksa dalam setiap perbuatannya dan sama sekali tidak memiliki kehendak, ikhitiar dan kebebasan. Mereka menyandarkan seluruh perbuatan manusia itu kepada Tuhan. Karena itu, menurut mereka, manusia laksana benda-benda dan bebatuan yang dilemparkan dari atas jatuh ke bawah dan lintasan gerakan dari atas ke bawah ini dilalui tanpa adanya kebebasan yang dimilikinya dan lintasan tersebut dilalui secara paksa.

  • Developmentalisme

Developmentalisme adalah kemistri ideologis antara kepentingan negara industri maju dan kepentingan elite politik negara dunia ketiga. Istilah ini tepat untuk menggambarkan realitas obyektif haluan ekonomi negara dunia ketiga ketimbang neoliberalisme, yang lebih kompleks pengertiannya. Neoliberalisme juga mencerminkan kepentingan sepihak negara industri maju, khususnya Amerika Serikat, dalam mempertahankan hegemoni ekonominya.

Mula-mula developmentalisme adalah salah satu teori pembangunan, yang berkembang menjadi ideologi. Demikian tinjauan ulang Tony Smith, pada 1985, setelah teori pembangunan internasional diketahui keberhasilan dan kegagalannya. Ideologi ini timbul dan berkembang menurut versi negara industri maju dan negara dunia ketiga

Developmentalisme merupakan kelanjutan program pemulihan ekonomi dunia ketiga. Motif utamanya adalah membendung pengaruh komunisme di negara dunia ketiga yang cenderung memilih bentuk lain sosialisme. Asumsinya, sumber penyebaran komunisme adalah kemiskinan

  • Diletantisme

Dilentantisme merupakan partisipiun present dari kata italia dilettare, yang berarti senang, karena itu dilentante berarti pengagum atau pencinta seni. Ada juga arti yang lain yang berbau negatf yaitu orang yang berpengertian dangkal di bidang ilmu atau seni

  • Edemonisme

Eudemonisme, Pada Kata ‘eudemonisme’ berasal dari kata yunani ‘eudaimonia’ yang secara harafiah berarti : mempunyai roh pengawal (demon) yang baik, artinya mujur dan beruntung. Kata ini menggambarkan perasaan senang terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan, sebagai akibat pengetahuan mengenai penyelarasan diri. Orang yang telah mencapai tingkatan ‘eudemonia’ mempunyai keinsyafan akan kepuasan yang sempurna tidak hanya jasmani, melainkan juga secara rohani. Pemahaman ini terjelma dalam sistem2 yang telah lanjut perkembangannya, namun juga sebagai keyakinan bahwa manusia hidup di dunia untuk berbahagia. Mereka mencari tujuan hidup pada keadaan2 yang terdapat dalam dirinya sendiri, yang tidak ia kuasai atau hanya sebagian kecil yang dikuasainya.

  • Egoisme

Istilah "egoisme" berasal dari bahasa Yunani yakni ego yang berarti "Diri" atau "Saya", dan -isme, yang digunakan untuk menunjukkan filsafat. Dengan demikian, istilah ini etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme.

Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah "egois”

  • Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendi

  • Emosionisme

Emosionime berasal dari bahasa inggris emotion, yang berarti keterangsangan, ketrgugahan, t ketergeloraan perasaan. Emosi mencakup segala gejolak dan gelora perasaan beserta perubahan fisiologi badani yang menyertainya. Emosi dapat bersifat positif dan juga negatif.

  • Emotivisme

Emontivisme berasal dari bahasa inggris emotive yang berarti berkaitan dengan emosi, kan emmengungkapkan atau membangkitkan emosi. Menerut emotivis fungsi mengungkapkan emosi dan sikap pembicara dan membangkitkannya dalam diri para pendengarnya merupakan unsure utama dalam keseluruhan penilaian etis.

  • Entusiasme

Entusiasisme dari bahasa Yunani en berarti dalam dan Teos yang berarti Tuhan. Jadi kata ini menunjuk pada dampak kehadiran Tuhan pada kaum mistik, seniman, filsuf, dukun. Sebagai aliran dalam etika, entusiasme merupakan pemikiran yang berpendapat bahwa untuk menyampaikan penyerahan dan petunjuk-Nya Tuhan member secara langsung ilham, inspirasi, atau perintah pada orang-orang tertentu.

  • Environmentalisme

Environmentalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat lingkungan hidup. Gerakan ini berusaha dalam segala cara, tanpa kekerasan, mulai dari aksi jalanan , lobi politik
hingga pendidikan publik – untuk melindungi kekayaan alam dan ekosistem.

Kaum environmentalis peduli pada isu-isu pencemaran air dan udara, kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim dan rekayasa genetika pada prodk-produk makanan. Gerakan Environmentalisme yang terjadi saat ini telah bermertamorfosa menjadi Gerakan Antikorporasi dan Gerakan anti globalisasi. Mengapa??? karena Penguasa dan perusak lingkungan terbesar di dunia adalah perusahaan perusahaan transnasional.

  • Epikianisme

Epikianisme berasal dari kata Yunani epiekeia yang berarti masuk akal, layak, mungkin. Epikeia terdiri dari positif dan negative, jika negative yakni sikap untuk membebaskan diri dari beban hokum, dengan menghindarinya. Sementara positif bukanlah usaha untuk mematikan atau mengabaikan hokum, tetapi untuk menjaga keutuhan makna dan kesejatian dalam pelaksanaannya.

  • Epikurianisme
Epikuarianisme berasal dari seorang filsuf Yunani yang bernama epikurus. Epikuarisme sebagai suat aliran pemikirn etis yang menetapkan nilai tertinggi yaitu kesenangan secara teoritis sebagai metode penalaran epikuarianisme sudah konsisten: ada tujuan ada prinsip, dan ada tindakan yang perlu diambil dan dihindari secara praksis mendoakan kesenangan iderawi. Formalisme

Formalisme adalah doktrin atau praktik penekunan yang seksama terhadap bentuk yang bercorak atau bentuk-bentuk eksternal lain.[1] Corak-corak elemen formal adalah garis, bentuk, warna dan sebagainya, yang dapat dikombinasikan untuk memproduksi keseluruhan gaya dan efek. Formalisme tumbuh dari estetika "seni untuk kepentingan seni" (Art for Art’s Sake) di abad ke-19, aktivitas arstistik sebagai akhir dalam tubuhnya sendiri. Para pengikut dari formalisme murni memandang karya seni dengan bebasnya berdasarkan konteks, fungsi dan isinya.Mereka merespon terhadap elemen formal dan efek estetikanya.

  • Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati".

  • Humanisme

Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.

Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.

Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.

  • Individualisme

Individualisme merupakan satu falsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak peribadi. Mereka menentang campur tangan luaran dari masyarakat, negara dan sebarang badan atau kumpulan ke atas pilihan peribadi mereka. Oleh itu, individualisme menentang segala pendapat yang meletakkan matlamat sesuatu kumpulan sebagai lebih penting dari matlamat seseorang individu yang dengan sendiri adalah asas kepada mana-mana badan masyarakat. Pendapat-pendapat yang di tentang termasuklah holisme, kolektivisme dan statisme, antara lain. Falsafah ini juga kurang senang segala standard moral yang dikenakan ke atas seseorang kerana peraturan-peraturan itu menghalang kebebasan seseorang.

  • Konsekuensilisme

Konsep konsekuensialisme dapat dikatakan sebagai salah satu teori etika yang bercorak teleologis. Artinya, teori tersebut menaruh perhatian pada kesesuaian dari perbuatan-perbuatan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai pelaku dan dengan nilai-nilai yang diinginkannya. Kriteria kebenaran moral suatu perbuatan harus diambil berdasarkan pertimbangan tentang kebaikan-kebaikan non-moral atau pra-moral yang harus dicapai serta nilai-nilai non-moral atau pra-moral yang sesuai dan harus dihormati. Menurut Konsekuensialisme, kriteria kebenaran moral suatu tindakan tertentu ditentukan semata-mata berdasarkan perhitungan konsekuensi-konsekuensi yang sudah dapat dilihat sebelumnya dari tindakan tersebut. Artinya, orang harus atau tidak harus melakukan suatu tindakan bergantung pada konsekuensi-konsekuensi tindakan tersebut. Jika konsekuensi-konsekuensi dalam keseluruhan tindakan itu buruk, tindakan tersebut tidak harus dilakukan. Jika konsekuensi-konsekuensi tindakan itu baik, tindakan itu harus atau setidaknya boleh dilakukan. Dengan kata lain, perhitungan konsekuensi suatu tindakan sangat menentukan dalam penilaian moral tindakan tersebut.

  • Liberalisme

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.[1]

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. [2] Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.[2]Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas.

  • Moralisme

Moralisme adalah suatu ajaran yang menggambarkan bahwa anda dapat diterima (oleh Allah, dunia, orang lain, diri anda sendiri) karena anda layak untuk diterima (Seorang penganut moralisme tidak harus beragama, tetapi seringkali mereka beragama juga).

  • Nihilisme

Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofi yang sering dihubungkan dengan Friedrich Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.

  • Optimisme

Optimisme merupakan sikap yang dapat memberi semangat pada diri sendiri atau pada orang lain. Menjadi seseorang yang optimis dan berpandangan positif dalam hidup dapat meningkatkan nilai kehidupan. Menjadi optimis bukan berarti menunggu hal-hal untuk terjadi dengan sendirinya dan bukan juga dengan mengharapkan sesuatu yang baik akan jatuh ke tangan kita tanpa melakukan apa-apa ... Namun ini berarti percaya bahwa yang terbaik akan terjadi, dan pada saat yang sama membuat keputusan, melakukan tindakan sesuai dengan keputusan yang diambil dan mewujudkannya. Ini merupakan proses yang membangun kepercayaan diri sendiri untuk meraih mimpi-mimpi.

  • Otomatisme

Otomatisme adalah suatu tehknik penciptaan kreatif yang menempatkan diri pada ledakan bawah sadar yang didasarkan pada kesadaran.

Dalam Otomatisme, segala hal dalam kesadaran direnggut dan diledakkan oleh bawah sadar untuk kemudian dikembalikan lagi pada kesadaran.

  • Perfeksionisme

Perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna, mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionis adalah orang yang memiliki pandangan perfeksionisme.

Pada bentuknya sebagai penyakit, perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detil suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif , sensitif terhadap kritik, cemas berkepanjangan, keras kepala, berpikir sempit dan suka menunda. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan dalam hal apapun. Orang yang potensial namun perfeksionis akan terhambat kemampuannya. Hasrat menciptakan produk, website atau konten terbaik adalah hal yang perlu, namun seorang perfeksionis akan menemukan banyak rintangan yang sama sekali tidak perlu.

Masalah perfeksionis adalah tindakannya yang cenderung suka menunda-nunda dan akhirnya capek sendiri. Obsesinya akan kesempurnaan menjadi beban pikiran dan meletihkan perasaannya. Orang perfeksionis akan cepat kehabisan energi karena terus cemas tentang bagaimana menyempurnakan website-nya atau berpikir seandainya dulu saya begini atau begitu.

  • Permisivisme

Permisivisme merupakan paham yang berasal dari sekulerisme yang memiliki pengertian bahwa dalam kehidupan diperbolehkan mendapatkan segala sesuatu berdasarkan "apa yang bisa dan tidak bisa".

  • Pragmatisme

Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan.

Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupa¬kan budaya dan tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir sebagai sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal abad ini.

  • Prekskriptivisme

Para preskriptivis cenderung didapati di kalangan pendidik bahasa dan wartawan, dan bukannya dalam lingkungan ahli linguistik akademik pada dirinya. Mereka mempunyai tanggapan-tanggapan yang jelas tentang apa yang betul dan apa yang salah, dan mungkin mempertanggungjawabkan diri untuk memastikan bahawa generasi yang berikut akan menggunakan jenis bahasa yang paling mungkin akan menyebabkan "kejayaan"; jenis bahasa itu seringnya merupakan akrolek sesuatu bahasa yang tertentu.

  • Realisme

Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.

  • Sensasionisme

Akar kata sensation, yakni “sense”, sebenarnya sudah cukup menggambarkan apa yang disebut berita sensasi, yaitu berita yang isinya dan terutama cara mengemukakannya bertujuan untuk menarik perhatian, membangkitkan perasaan dan emosi manusia. Dengan demikian, berita sensasional harus hebat, memberikan keheranan, kekaguman, ketakjuban, atau kengerian. Pendeknya, harus dapat meluapkan berbagai macam perasaan.

Wikipedia free encyclopedia mendefinisikan sensasasionalisme sebagai “a manner of being extremely controversial, loud, attention-grabbing, or otherwise sensationalistic”. Dapat diartikan sebagai cara untuk menimbulkan kontroversi, mencolok, memancing perhatian, atau menimbulkan sensasi. Hal ini senada dengan pengertian “sensasi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam kamus terbitan Balai Pustaka tersebut, “sensasi” menunjukkan arti: 1. yang membuat perasaan terharu (rusuh, gempar, dsb); 2. yang merusuhkan, menggemparkan; dan 3. yang merangsang emosi. Sementara “sensasional” diartikan sesuatu (termasuk dalam hal ini berita) yang bersifat merangsang perasaan (emosi, dsb) atau bersifat menggemparkan.

  • Utilitarianisme

Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan2 ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan2 radikal di zamannya.

  • Verbalisme

Voluntarisme adalah modal sosial yang sangat berharga yang harus terus dipupuk di dalam masyarakat. Modal sosial suatu masyarakat berakar pada kohesi sosial dan keinginan untuk melakukan tindakan atau investasi sosial bagi komunitasnya

  • Zelotisme
kata ini berakar kata Yunani Zelos, yang berarti "hasrat", keinginan, minat besar untuk meraih, mencapai, mendapatkan, atau merebut sesuatu. dari kata Zelos berkembang kata Zelotes, yang berarti orang yang mempunyai hasrat, selain itu juga ada kata yang berkemnag dari kata Zelotes, yakni kata Zelotisme, yang berarti" aliran, paham, pendirian atau keyakinan yang mendasarkan diri pada hasrat, keinginan, minat besar untuk mencapai sesuatu.


1 komentar:

  1. Lucky 7 Casino, New Zealand - JT Hub
    A few days back, Lucky 평택 출장안마 7 Casino, New 서울특별 출장샵 Zealand opened to 포항 출장마사지 the public 군산 출장샵 and was officially opened 목포 출장마사지 to the public. Lucky 7 Casino will be

    BalasHapus